Perubahan kurikulum dalam sistem
pendidikan adalah sebuah keniscayaan. Kalau tidak berubah berarti akan
ketinggalan jaman. Harus disadari, mustahil bagi Kementerian Pendidikan Nasional menyusun
kurikulum yang usia pakainya hingga puluhan tahun. Apalagi di abad ke-21,
perubahannya demikian cepat, kompleks, dan sangat sulit diramalkan perubahannya
.
Tidak ada yang salah dengan perubahan kurikulum yang terus dikembangkan
oleh pemerintah, hanya salah pada penerapan dan pelaksanaan saja. Kurikulum
tidak layak dijadikan kambing hitam dalam masalah
pendidikan dikarenakan perubahan zaman yang terus melaju kencang. Kurikulum KBK
tentu tidak akan cocok diterapkan di tahun 2014 yang semua berbau
teknologi.
Di beberapa daerah, siswa lebih peka teknologi dibandingkan dengan guru.
Hal ini tentu jadi pokok permasalahan yang kemudian disimpulkan bahwa dunia
pendidikan benar-benar butuh penyegaran. Maka diluncurkanlah kurikulum 2013 sebagai
jawabannya.
Sepintas saya akan memaparkan tentang
kurikulum 2013 dari berbagai sumber yang saya baca, mohon dikoreksi jika kurang
tepat.
kurikulum 2013
inti kurikulum kurikulum 2013, adalah ada upaya penyederhanaan, dan
tematik integratif. kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap
di dalam menghadapi masa depan. karena itu kurikulum disusun untuk
mengantisipasi perkembangan masa depan.
Titik beratnya,
bertujuan untuk mendorong siswa mampu lebih baik dalam melakukan observasi,
bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(presentasi), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pelajaran.
Diharapkan
melalui pendekatan itu diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap (tahu
mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) jauh lebih
baik. mereka akan lebih kreatif, inovatif dan lebih produktif, sehingga
nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan
zaman, memasuki masa depan yang lebih baik.
Kurikulum 2013 memerlukan penambahan jam pelajaran
dalam pelaksanaannya. rasionalitas penambahan jam pelajaran dapat dijelaskan
bahwa perubahan pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu)
dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output)
memerlukan penambahan jam pelajaran.
Dengan
melihat deskripsi kurikulum 2013 seperti di atas, sungguh merupakan sebuah
kurikulum yang akomodatif dan ideal terhadap perkembangan jaman. Namun yang
jadi pertanyaan mendasar adalah sudah siapkah guru-guru melaksanakan kurikulum
baru tersebut ? apakah nasib kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan
kurikulum-kurikulum sebelumnya yang gagal dalam meningkatkan kecerdasan bangsa?
Kompetensi
guru yang rendah sebagai kendala
Dunia
pendidikan kita memang menghadapi masalah besar dengan kompetensi para gurunya.
Banyak guru yang tidak kompeten dalam melaksanakan pendidikan. Ini disebabkan kebijakan
sebelumnya dalam proses perekrutan guru yang
asal-asalan.
Berbagai
upaya telah dicoba untuk memperbaiki kompetensi dan profesionalisme guru, namun
selalu terhalang oleh fakta bahwa banyak guru yang tidak mampu (dan juga tidak
mau) untuk ditingkatkan kualitasnya. Hanya sebagian saja yang masih bisa
dididik dan dilatih ulang (diupgrade).
Fakta
lain juga menunjukkan bahwa banyak guru masih jauh dari memadai untuk melakukan
perubahan mendasar sesuai dengan tuntutan jaman, seperti mengenal dan
menggunakan internet sebagai media dan sumber pembelajaran. Apalagi jika
dikaitkan dengan kebutuhan kurikulum untuk melakukan pengajaran tematik,
pengajaran yang menggunakan proyek-proyek yang menggabungkan beberapa mata
pelajaran sekaligus.
Guru
masih melihat bidang studinya berupa teks dan belum konteks. Karena metode CTL
(contextual teaching and learning) maasih sebatas wacana, belum nejadi
pengetahuan apalagi menjadi keterampilan guru.
Hal
ini akan mengakibatkan kesalahan pada evaluasi yang dilaksanakan. Evaluasi akan
berpedoman lagi pada paradigma lama yang hanya mengukur kemampuan kognitif ,
bukan portofolio.
Prinsip
‘student centre’ pun belum difahami secara sempurna. Masih banyak dalam
kegiatan belajar mengajarnya masih terpusat pada guru, bukan siswa.
Bagaimana
solusinya ?
Rekrutlah
guru-guru yang memiliki kualifikasi tinggi pada bidangnya. Guru harus benar-benar kompeten dan
profesional.
Selain
itu, guru juga harus memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan kurikulum
ini. Dituntut kerja keras guru hingga kurikulum ini bisa diterapkan di kelas.
Berikan
pelatihan tentang pembelajaran sebanyak-banyaknya dan kemudian biarkan mereka
berkreasi di kelas.
Sekolah
juga harus ikut serta dan aktif memberikan motivasi kepada guru untuk mengupgrade
kompetensinya dan memberikan pengajaran yang terbaik di kelas.
'Education is a world of change. if you dont
change, you will rot.'
Selamat berjuang untuk berubah bapak dan ibu guru !
0 komentar:
Posting Komentar