RSS

Senin, 05 Mei 2014

Jelang Laga Timnas U-19 vs Myanmar U-19

Timnas u-19 telah menyuguhkan gaya bermain yang indah enak ditonton, hampir mirip dengan yang biasa diperagakan Barcelona atau Arsenal. Umpan satu dua sentuhan jadi ciri khas, yang diselingi dengan kemampuan drible individual yang baik dalam melewati lawan.

Daya juang yang sangat tinggi pun ditunjukkan oleh Timnas u-19. Sering kita lihat mereka selalu berlari hampir selama 90 menit, tanpa kenal lelah. Berlari tanpa bola untuk sekedar mencari ruang kosong, sehingga memudahkan pemain yang memegang bola untuk memberikan umpan. Mereka pun bermain sebagai sebuah tim saling mendukung. Semua terlibat dalam skema penyerangan, dan bahu membahu dalam menggalang pertahanan dengan cara mulai mempressing lawan di daerahnya. individualistis sebagai salah satu ciri utama pemain bintang hampir tidak terlihat dalam tim ini.


Kelebihan lain dari Timnas u-19 adalah bertipe petarung, spartan, tidak takut cedera dalam menghadapi setiap lawan tandingnya. Mereka bak para pahlawan kemerdekaan, yang rela berkorban jiwa raga demi mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia.

Dan yang terakhir, yang menonjol dari Timnas u-19 ini adalah kondisi fisik yang prima untuk bermain selama 2x45 menit. Terlihat sekali keunggulan fisik mereka dari partai-partai uji coba yang dilakukan di timur tengah. Mereka lebih bagus ketahanan fisiknya dibanding para pemain Oman dan UEA.

Coba bandingkan dengan timnas senior. Stamina mereka hanya cukup untuk bermain cepat selama 20-30 menit. Bermain tanpa daya juang, malas untuk bergerak dan merebut bola. Bermain tanpa inspirasi, tanpa skema yang jelas baik dalam menyerang ataupun bertahan. Terkesan takut dalam memainkan bola dan buru-buru menendang bola sejauh mungkin agar tidak menjadi kambing hitam ketika terjadi kesalahan. Dan pastinya tidak enak untuk ditonton, bukannya terhibur ketika menonton bola, yang ada malah kesel bin jengkel .

Ada hal yang menarik dari pernyataan pelatih Korea selatan ketika timnya dikalahkan oleh Timnas u-19 dalam kualifikasi Piala Asia U-19 lalu. Saat ditanya siapa pemain terbaik Timnas u-19 dalam pertandingan tersebut, dengan tersenyum dia menjawab : “Setiap tim yang menang, pasti karena pelatihnya yang hebat.” Benar juga, saya merasakan Manchester united tanpa Alex Ferguson, bak perahu yang ditinggalkan nakhodanya, oleng dan gampang ambruk dihantam badai.

Lalu siapa sebenarnya Indra Sjafri ? bagaimana dia menciptakan tim sebagus timnas U-19?

Terus terang saya lebih kenal dengan dengan Robby Darwis dibanding Indra Sjafri, bahkan Adolf Kabo, pemain Perseman manokwari tahun 80-an, lebih familiar diingatan saya.

Indra merupakan mantan pemain sepak bola yang pernah membela PSP Padang pada tahun 1980-an, dan juga pernah menangani klub sepak bola dari ibukota provinsi Sumatera Barat itu sebagai pelatih. Ia juga pernah bekerja sebagai pegawai kantor pos. Sebelum namanya populer seperti sekarang ini, Indra Sjafri juga berhasil membawa timnas junior merebut trofi juara pada turnamen sepak bola tingkat Asia, yaitu pada HKFA U-17 dan HKFA U-19 di Hongkong. Sebelum menjadi pelatih timnas junior, Indra bertugas sebagai instruktur dan pemandu bakat di PSSI sejak Mei 2009. Dan akhirnya ditunjuk sebagai pelatih timnas U-19.

Ketika Indra Sjafri ditanya kunci sukses menemukan talenta berbakat untuk timnas U-19, ia menjelaskan, “Semua berawal dari rasa sakit hati saya ketika masih menjadi pemain dan berhasil masuk tim pra-pon Sumatera barat tahun 1985.” Ia punya keyakinan dengan kualitas yang dimilikinya pantas untuk masuk timnas, tapi ia gagal. Kegagalan yang disebabkan oleh tidak adanya pemantau bakat dari PSSI yang datang ke daerahnya untuk melakukan seleksi.

Pengalaman pahit ini memberi semangat baru pada diri Indra Sjafri, memberi kekuatan lebih untuk membuka kesempatan lebih luas kepada anak bangsa agar dapat berprestasi. Kemudian kita pun tahu, Indra Sjafri sampai rela blusukan ke daerah-daerah terpencil untuk menyeleksi bakat-bakat daerah dan kemudian direkrut masuk ke timnya.

Indra Sjafri adalah sosok yang optimis. Dia selalu yakin dengan kemampuan timnya. Indra Sjafri juga selalu berbicara tentang nasionalisme. Dua hal itulah yang ditanamkan Indra Sjafri pada anak didiknya, sehingga timnas U-19 memiliki daya juang tinggi dan pantang menyerah serta tidak takut melawan tim mana pun. “Semua tim bisa dilawan dan dikalahkan, kecuali orang tua dan Tuhan.” Tutur Indra Sjafri memberikan motivasi pada timnya.

Disiplin yang ketat ia terapkan, melarang pemainnya tampil dalam infotainment. Tak segan ia pun berani mencoret pemain yang indisipliner dari skuad timnas U-19. Kedisiplinan tim terlihat pada kepatuhan timnya dalam menerapkan strategi yang instruksikan saat berlaga.

Indra Sjafri mencoba menerapkan sains dalam mengelola timnas. Ia dibantu oleh tim dari perguruan tinggi untuk memberi masukan tentang program dan latihan timnas U-19. Alhasil, latihan terprogram dengan baik. Kualitas Fisik pemain diukur dengan standar VO2 max . Kemajuan dan perkembangan pemain terlihat jelas, karena ada indikator yang dijadikan pegangan. Setiap pemain memiliki statistik, baik hal passing, tackling, shooting dsb. Dan data dan statistik tersebut dijadikan patokan dalam pemilihan pemain yang siap untuk bertanding.

Terakhir , Indra Sjafri memberikan keteladanan dalam melatih timnas U-19. Ia tidak pernah diam ketika timnya bertanding. Ia selalu memberikan arahan dan motivasi kepada timnya. Ia sampai rela basah kuyup demi menemani perjuangan anak asuhnya. Ia benar-benar mengontrol dan menyemangati timnya.

Indra Sjafri dan timnas U-19 adalah sesuatu yang luar biasa, sebuah cahaya yang bersinar terang ditengah kelam dan carut marutnya negeri kita. Sesuatu yang masih bisa kita banggakan. Sesuatu yang bisa menghibur disaat kita berduka.

Marilah kita tonton dukung timnas U-19 melawan Myanmar U-19 pukul 18.30 nanti. Apapun hasilnya nanti, Semoga mereka dapat pelajaran yang berharga untuk perkembangan mereka selanjutnya.

Garuda didadaku !!!
Garuda kebanggaanku !!!
Ku yakin hari ini pasti menang !!!

0 komentar:

Posting Komentar