RSS

Sabtu, 10 Mei 2014

KAMI MENANTIKANMU CALON PRESIDEN



Akhir-akhir ini kita diberikan gambaran perilaku kekanakan yang dipertontonkan oleh PDIP dan Partai Gerindra dengan lontaran sindiran-sindiran puisi berbalas pantun terkait pemilihan presiden yang akan datang. Sebagai orang awam, saya maklum karena saya bodoh, mungkin tidak mengerti hubungan apa yang sebenarnya terjadi diantara kedua partai nasionalis sehingga hingga berlaku demikian. Atau mungkin saya terlalu naïf, karena politik memang demikian adanya, saling sikut-saling usut-saling rebut. Tetapi saya justru menjadi bingung, mana yang benar mana yang salah, atau tidak ada yang benar tidak ada yang salah?

Rasa bingung saya bertambah ketika melihat para calon presiden sibuk melobi sana sini, dari satu partai ke partai lainnya, tapi tidak satu pun yang benar-benar melobi rakyat.


Siapa pun tahu, memilih presiden berarti menunjuk orang, bukan lembaga kepartaian lagi. Jadi kenapa para calon presiden itu lupa melobi rakyat Indonesia? Mereka bisa menyampaikan visi dan misi yang jelas, visi untuk memberdayakan Indonesia yang sedang terpuruk. Mereka bisa memperlihatkan sikap kenegarawanannya dalam mengatasi persoalan bangsa. Dan mereka pun bisa menunjukkan kerja nyata bagi rakyat, bukan sekedar pencitraan saja.

VISI MEMBERDAYAKAN INDONESIA.

Saat ini kita butuh calon Presiden yang memiliki visi dan misi yang jelas untuk memberdayakan bangsa dan negara ini.

Ketika Bangsa Amerika datang ke Arab untuk menambang minyak, dengan membawa dolar melimpah siap membeli minyak dari Arab Saudi, pemimpin Arab meminta pembayaran dilakukan dengan emas. Selanjutnya mereka menetapkan bangsa Barat boleh menambang minyak sepanjang mendirikan perusahaan bersama, sehingga ada kepemilikan dan transfer teknologi.

Ketika negara-negara Barat mempermainkan harga minyak, eksportir minyak bersatu mendirikan OPEC sehingga harga minyak tidak bisa dipermainkan. Jelas, negara Arab bukan sekedar kata karena mereka punya minyak tetapi memiliki visi dan mengerti benar cara memperkuat diri dengan limpahan minyak mereka.

Bagaimana Indonesia? Sebuah gunung di Papua yang berisi tembaga, emas dan uranium justru dikeruk hingga menjadi lembah. Kalau divisualisasikan kekayaan di Papua dulu seperti telur emas raksasa sebesar gunung. Karena tidak punya visi yang benar, kita kehilangan kekayaan tanpa sempat memberi kesejahteraan pada anak bangsa.

NEGARAWAN BUKAN POLITISI

Ada dua jenis pemimpin birokrasi, negarawan atau politisi. Seorang negarawan sepenuhnya berpikir untuk kepentingan rakyat, sedangkan politisi selalu berbicara kepentingan politik, entah tujuan pribadi maupun kelompok atau golongan. Politisi yang jadi pemimpin cenderung mengutamakan kepentingan politik bahkan rela mengabaikan tindakan yang berujung kebaikan, kalau kebaikan tersebut akan memberi keuntungan bagi lawan politiknya.

Salah satu ciri pemimpin yang negarawan. Mereka berbuat sesuatu yang terbaik untuk rakyat tapi rela kehilangan jabatan jika harus memilih kepentingan rakyat atau kepentingan lain.

Indonesia butuh pemimpin yang negarawan, tapi juga tidak terlalu lugu dengan dunia politik, sehingga bisa tampil berbuat untuk rakyat sebanyak-banyaknya dan secara nyata menggerakkan roda perubahan.

BUKAN PENCITRAAN TAPI KERJA NYATA

Ada pepatah yang bilang "Don't Judge a book from its cover" atau intinya jangan melihat buku dari penampilan luar, tapi lihat isinya. Prinsip yang sama ternyata juga berlaku di dunia politik.

Ada politisi yang begitu populer sehingga dengan mudah bisa meraih jabatan penting. Akan tetapi setelah menjabat tidak banyak perubahan berarti yang dicapainya. Ternyata sang politisi punya segudang perlengkapan untuk membangun pencitraan dirinya, sehingga setiap hal kecil yang dilakukannya terlihat besar dan kelalaian besar yang dilakukannya terlihat kecil. Ibarat buku, cover bagus judul memukau, tapi isinya kurang memuaskan.

Kami tidak membutuhkan calon Presiden seperti itu, yang kami butuhkan adalah calon presiden yang memiliki kerja nyata dan dedikasi tinggi bagi bangsa dan negara. Kami butuh calon presiden yang berani dan rela membuat keputusan yang tidak populis dan berisiko menurunkan pencitraan dirinya di mata rakyat. Kami membutuhkan calon presiden yang tegas dan cepat tanggap dalam mengatasi persolan yang terjadi di Indonesia, bukan calon presiden yang akan mempertimbangkan baik- buruk atau untung-rugi bagi dirinya jika ia mengambil suatu keputusan, sehingga memperlambat penyelesaian masalah yang terjadi.

Siapakah dirimu wahai calon Presiden? Adakah dirimu salah satu diantara mereka yang sudah muncul sebagai calon  presiden, yang sering kami lihat di media-media.

Dimanakah dirimu wahai calon presiden? Masihkah kau sembunyi di pertapaanmu, atukah kau sudah hadir di tengah-tengah kami, namun kami belum menyadarinya, karena kau belum menampakkan diri.


Kami semua menunggu kehadiranmu, untuk memimpin negara kami yang sedang terpuruk bisa kembali bangkit, dan menegakkan kepala dengan bangga di depan negara-negara lain.

1 komentar:

eNeS mengatakan...

Good post.
Link blog ente dipasang di blog ane Sastra Culun jeung SC Community

Posting Komentar