RSS

Jumat, 25 April 2014

PEMIMPIN DAN LABA-LABA


Waktu jum’at telah tiba, seperti biasa aku mengambil posisi yang nyaman di dalam masjid menunggu sesuatu yang biasa datang menghampiri. Tak lama berselang akhirnya dia datang juga, tepat sebelum khotib naik mimbar, mata mulai terasa berat dan tak kuasa tuk menolak rasa kantuk yang selalu rutin datang menghampiri ketika sedang berada di masjid. 


Belum lama dan larut aku bercengkrama dengan rasa kantuk, tiba-tiba samar-samar terdengar khotib diatas mimbar berujar: ‘tema khutbah saya kali ini adalah bahaya pemimpin bertype laba-laba’. Ada rasa penasaran dan ingin tahu dalam hati dengan tema tersebut, sekuat tenaga kucoba usir dengan damai rasa kantuk yang nikmat pergi menjauh.



Setelah kantuk pergi menjauh, kucoba fokuskan perhatianku pada isi khutbah sang khotib. Kata per kata coba aku dengar, kalimat per kalimat coba aku cerna sampai akhirnya aku mendapat sebuah pemahaman baru tentang bahaya pemimpin bertype laba-laba ini.


Laba-laba, atau disebut juga labah-labah, adalah sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki mulut pengunyah. Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Tidak ada yang menarik untuk dibahas, nothing special.


Kenapa laba-laba menjadi sangat penting dan kemudian oleh sang khotib dikaitkan dengan kepemimpinan?
Bahkan kemudian laba-laba menjadi sangat berbahaya ketika disandingkan dengan pemimpin?


Ada beberapa hal yang bisa kita petik sebagai bahan renungan dari perumpamaan laba-laba dan pemimpin ini, diantaranya :

Laba-laba giat bekerja tak kenal lelah

Sewaktu kita sedang menatap dinding atau langit-langit rumah atau sewaktu terpaku pandang pada sebatang pohon, mungkin ada beberapa laba-laba yang membuat sarang di sana. Kemudian kadang tergerak hati kita untuk membersihkan atau mungkin juga iseng untuk merusak sarang laba-laba tersebut. Kemudian coba perhatikan apa yang dikerjakan oleh laba-laba setelah sarangnya hancur? Ternyata laba-laba membuat kembali sarang barunya di tempat yang sama. Berapa kali pun kita merusak sarangnya, sebanyak itulah laba-laba dengan penuh semangat bekerja tak kenal lelah untuk memperbaiki dan membuat sarang baru. 


Sepintas kita bisas terpesona dengan kualitas keuletan dan pantang menyerah dari laba-laba ini. Kita sangat tertarik dengan manusia (pemimpin) yang mempunyai kualitas seperti laba-laba. Ulet, gigih dan pantang menyerah. Tapi perlu kita ingat dan hati-hati, bahwa laba-laba melakukan hal tersebut hanya demi kepentingannya sendiri. Egoisme dalam pencapaian kepentingannya yang menjadi orientasi.

Laba-laba contoh egoisme sektoral

Laba-laba dengan filosofi hidupnya hanya berfikir dan berbuat untuk kepentingan dan kesenangan dirinya saja. Dia membuat sarang berupa jaring-jaring untuk memperdaya dan menangkap hewan lain untuk makanannya. Yang dia pikirkan hanya dirinya saja dan dia tidak perduli dengan nasib hewan lainnya. 


Orang (pemimpin) yang berbudaya seperti laba-laba sangat merugikan orang lain dan tidak mensyukuri nikmat yang telah didapatkannya, ia tidak lagi berpikir tentang sekitarnya dan mereka tidak lagi membutuhkan berpikir apa, siapa, kapan, dan di mana. Apa yang ia pikirkan hanyalah untuk kepentingan dan kesenangan pribadi.

Jaring Laba-laba contoh model Networking Management

Sistem jaring-jaring rancang bangun sarang laba-laba mengilhami manusia untuk membangun strategi militer.. Strategi militer mengadopsi prinsip jaring laba-laba (spidernet). Pemimpin berada di tengah atau pusat organisasi jaringnya. Apabila ada hambatan, ancaman dan gangguan terhadap eksistensi organisasinya, getaran dari si pembuat masalah terasa sampai kepada sang pemimpin yang selanjutnya turun langsung menuju pusat gangguan untuk mengamati seberapa besar masalah yang ada dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Apabila si pembuat onar tadi sampai merusak jaring organisasi maka sang pemimpin beserta kesatuannya akan berusaha memperbaikinya seperti sediakala. Singkat kata, sistemnya sangat terorganisir, powefull dan solid.

Laba-laba contoh model Kepribadian Mudah Panik/Kalang-kabut

Naluri laba-laba menganggap bahwa hewan lain selain dirinya adalah musuh sekaligus mangsa untuk makanan dirinya. Begitu ada hewan lain yang mendekat ke sarangnya dia terlihat pontang-panting panik bergerak ke segala arah. Orang yang menganggap orang lain sebagai pesaing bagi target/cita-cita pribadinya dan bukan sebagai mitra kerja, akan selalu dalam posisi khawatir orang lain akan mengganggu keberhasilan pencapaian target/cita-citanya. Dia akan pontang-panting bergerak ke segala arah mencari keyakikan dan ketenangan diri bahwa target/cita-citanya tidak terganggu. Tindakannya kalangkabut laksana seperti seekor laba-laba.

Jaring Laba-laba Indah Tapi Rapuh

Laba-laba membuat sarang (rumah) yang terbuat dari benang halus untuk melindungi dirinya dari panas dan dingin serta untuk menolak penderitaan bagi dirinya. Akan sang laba-laba tidak mengetahui kalau rumahnya yang berupa jaring-jaring itu meski terkesan sangat indah dilihat tapi sangat rapuh, dan ternyata tidak dapat melindunginya dari kesengsaraan ketika ia membutuhkannya. 


Begitu pun dengan pemimpin yang bertype seperti laba-laba, mereka memiliki visi misi yang menakjubkan, program yang menjanjikan dan system yang begitu kokoh. Namun sayangnya itu semua didasari hanya untuk dan oleh kepentingan pribadi dan golongan serta tidak mengindahkan petunjuk dari Ilahi. Sehingga apa yang mereka buat dan dijadikan pedoman sangat rapuh dan gampang hancur.

Semoga kita tidak menjadi pemimpin yang bertype laba-laba ketika amanah datang menghampiri, dan semoga kita terhindar dari kesalahan memilih pemimpin, apalagi sampai memilih pemimpin yang bertype laba-laba tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar