RSS

Sabtu, 26 April 2014

Aceng Oh Aceng



Ketika membaca sebuah berita tentang lolosnya Aceng Fikri ke Senayan hasil pemilu 2014, saya sedikit kaget dan termenung. Kok bisa ya orang seperti Aceng fikri mendapat kepercayaan dari masyarakat dan lolos ke senayan sebagai wakil DPD dari Jabar. Apa ada yang salah dengan masyarakat kita? Hingga mereka lebih rela memilih Aceng Fikri sebagai wakil mereka di senayan dibanding tokoh-tokoh Jawa Barat lainnya.
Untuk memahami fenomena ini, Saya coba flashback ke kasus yang pernah menimpa Aceng dulu.  Aceng dimakjulkan dari jabatannya sebagai bupati Garut karena dianggap telah melakukan pelanggaran etika dan sumpah jabatan. Sebagai seorang pemimpin publik dia dianggap tidak memberi tauladan yang baik. Aceng melakukan nikah sirri dengan gadis 18 tahun, dan dalam waktu yang cukup singkat, 4 hari, langsung menceraikan lagi via SMS, dengan alasan yang tidak bisa diterima, konon gara-gara sang istri sudah tidak perawan lagi.

Atas kesalahan yang dibuatnya, kalau pun itu dianggap sebagai sebuah kesalahan, Aceng telah dihukum, dimakjulkan dari jabatannya dan mendapat stigma buruk dari masyarakat, terutama dari kaum ibu dan feminis. Seharusnya kasus selesai sampai disitu. Kebenaran telah ditegakkan, yang salah telah mendapat hukuman dan ganjaran.
Setelah kasus yang menimpa dirinya, dengan keberanian dan tanpa pemberitaan dan kampanye yang heboh, Aceng ikut serta dalam pemilu 2014 sebagai calon DPD daerah pemilihan Jawa Barat. Terus terang, saya pun baru tahu Aceng ikut nyaleg ketika saya lihat dia ada di daftar DPD di TPS.
Publik pun sekali lagi dibikin heboh dan terhenyak oleh Aceng. Tanpa disangka dan diprediksi banyak pihak pihak dia lolos ke senayan dengan perolehan suara tiga besar setelah Oni SOS dan Eni sumarni. Para haters Aceng kembali bersuara dengan nada minor menanggapi kemenangan Aceng ini. Mereka menyalahkan sistem pemilu di negara kita yang bisa meloloskan orang yang mereka anggap sebagai penjahat (pelaku pelecehan) seksual. Bahkan sampai ide ekstrim pun muncul, membuat partai feminis di pemilu yang akan datang, untuk menangkal dan mengantisipasi kejadian lolosnya orang seperti Aceng ke senayan terulang kembali.
Namun banyak juga kalangan yang membela dan mendukung Aceng. Ini yang menarik dan menambah hot fenomena Aceng. 
saya mencoba mengambil kesimpulan dari fenomena Aceng ini, dengan menggunakan pendekatan yang sederhana dan teori yang sederhana juga.
Pertama, Aceng saya anggap bersalah dalam kasus pernikahan sirrinya, dia telah dihukum, dan dia telah menerima hukuman tersebut tanpa perlawan berarti. Kesalahan masa lalu Aceng seharusnya jadi masa lalu saja, karena sudah selesai. Tidak usah kita  kaitkan lagi dengan kondisi sekarang. Jika sikap kita masih seperti itu, berarti kita belum bisa memaafkan orang yang telah menebus kesalahannya.   Bukankah lebih bijak untuk memberikan kesempatan kedua kepada orang untuk bisa memperbaiki kesalahannya.
Kedua, Kemenangan Aceng adalah tetap sebuah kemenangan. Harus kita anggap sebagai kenyataan atau realitas yang kita terima, suka atau tidak suka. Aceng telah menjadi wakil Jabar untuk DPD. Aceng masih tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat Jabar. Kita do’akan saja semoga Aceng tidak terperosok dua kali ke lubang yang sama, karena hanya keledai bodoh lah yang berlaku seperti itu.
Mungkin firman Allah bisa menjadi bahan renungan dalam mencerna fenomena Aceng ini :
“Sesuatu yang kalian benci, mungkin baik bagi kalian , dan sesuatu yang kalian sukai, mungkin buruk bagi kalian.Alloh Maha Mengetahui, sedangkan kalian tidak tahu apa-apa” (Q.s.Al Baqoroh : 216)

0 komentar:

Posting Komentar