RSS

Senin, 28 April 2014

LIFE IS B -- C -- D

Ketika ngopi di warung deket kantor, ada obrolan menarik tentang hasil qur’ah (undian) haji dari pemda. Dari mulai siapa yang mendapat qur’ah, system qur’ahnya, sampai dikaitkan dengan takdir segala rupa. Namun masalah takdir dan ikhtiar lah yang paling menarik minat saya.

“ Hidup mah 99 %  takdir 1% ikhtiar”, kata kang Jabar. “buktinya, saya berusaha deket sama pak walikota supaya pak walikota inget sama saya kalo ada rezeki. Berbagai usaha telah saya coba, eh giliran bagi-bagi rezeki (jatah ke haji), orang yang gak deket sama dia yang kebagian… !!!”, lanjutnya,

Bagi saya, terbalik kang. Ikhtiar yang 99 %, takdir yang 1 %”, Bang Qodri menimpali. “ nasib kita ditentukan oleh usaha kita, kita gak bakalan kaya kalo kita tidak berusaha mencari kekayaan, kita gak bakalan pinter kalo kita tidak benar-benar belajar”.

Ah tetep, tukang becak yang tiap hari rajin ngayuh becak nyari penumpang, tetep aja miskin…. Trus saya pernah hilang motor, padahal saya sudah markir depan pintu rumah, trus udah digembok segala motornya, tetep aja masih bisa diambil maling…”. Kembali kang Jabar mengungkapkan contoh dengan berapi-api.

Mendengar omongan kang Jabar, bang Qodri terdiam. Gak tau mikir cari alasan untuk membantah atau mempertanyakan kebenaran pendapatnya sendiri tentang takdir.

Saya pun akhirnya ikutan juga berfikir tentang takdir dan ikhtiar ini.......

Kalau berbicara tentang takdir dan ikhtiar manusia memang tak akan pernah habis diperdebatkan, dari mulai obrolan di warung kopi sampai diskusi para ahli teologi dan filsafat di kampus. Maka kemudian kita mengenal ada kaum Qodariyah dan ada pula kaum Jabariyah. Kalau dalam konsep filsafat, kemudian kita mengenal paham fatalisme, determinisme, dan kompatibilisme serta turunannya.

Semua perdebatan tentang takdir,  temanya seputar pertanyaan yang sama “Apakah manusia punya free will atau kebebasan bertindak, dan apa kaitannya dengan konsep takdir

Saya mencoba mendeskripsikan prinsip takdir, ikhtiar dan tawakal ini dengan meminjam konsep seorang teman yaitu :

life is B -- C -- D.
life is between B and D
dimana B adalah birth (kelahiran), C adalah choice (pilihan) dan D adalah death (kematian).

Dalam Islam, takdir ada yang mutlak dan yang bisa berubah. Kelahiran (B) dan kematian (D) adalah contoh dari takdir yang mutlak.  Kita juga tidak bisa merubah bahwa kita misalkan dilahirkan sebagai orang Indonesia dan dari keluarga miskin, bukan orang Amerika dari keturunan yang kaya raya. Ini semua bersifat ‘given’, tidak bisa diubah.

Takdir yang bisa dirubah jika dikaitkan dengan “teori life is B -- C -- D “ adalah selalu berkaitan dengan C (choice) atau pilihan-pilihan. Pilihan yang kita pilih dalam menjemput takdir kita, inilah yang disebut dengan ikhtiar.

Setiap detik yang kita lewati dalam kehidupan berisi berbagai macam pilihan. Sebagai contoh, kita sedang berada di sebuah persimpangan jalan. Kita hanya boleh dan bisa memilih satu jalan, kita tidak pernah tahu apa yang ada di sepanjang jalan-jalan tersebut. Sekali kita memilih salah satu jalan yang ingin kita lalui, kita tidak bisa kembali. Setiap jalan berakhir pada ujung yang berbeda. Suka atau tidak suka dengan ‘pemandangan’ yang ada di jalan yang kita pilih, itulah pilihan kita. Itulah takdir kita. Yang jelas, kita dituntut memilih jalan yang benar, jika pilihan kita salah, maka dipastikan kita akan menyesal. Nah, untuk memilih jalan yang benar tersebut, Allah sudah memberikan petunjuk-Nya. Seringkali kita sudah tahu dengan petunjuk tersebut, tapi kita sering mengabaikan petunjuk tersebut.

Dan Katakanlah (wahai Muhammad): "Kebenaran itu ialah yang datang dari Tuhan kamu, maka sesiapa yang mahu beriman, hendaklah ia beriman dan sesiapa yang mahu kufur ingkar, biarlah dia mengingkarinya". (Al-Kahfi ayat 29)

Karena hidup adalah berupa pilihan-pilihan, dan kita sebagai manusia diberikan kebebasan untuk memilih (free will) maka sebagai konsekuensinya muncul konsep hisab, sebagai pertanggung jawaban atas yang kita pilih (kerjakan).

“Barangsiapa  yang mengerjakan amal shaleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri, dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hambaNya.” (QS Fushshilat ayat 46)

Kita harus memiliki kepercayaan yang kuat terhadap apa yang sudah diputuskan oleh Allah, takdir yang kita terima setelah kita berikhtiar adalah yang terbaik untuk kita. Tawakal harus selalu ada di dalam diri kita, Tawakal adalah respon terbaik yang kita berikan ketika ikhtiar terbaik sudah kita laksanakan. Kita serahkan hasil akhirnya (takdir) kepada Allah. Tawakal itu adalah: do the best, and let Allah decide the rest and give the best result.

Terakhir, kita diajarkan dalam menerima takdir yang ditentukan oleh Allah harus dengan syukur dan sabar.  Karena apapun yang ditentukan Allah untuk kita, itulah yang terbaik bagi kita.

Wallahu a’lam bishawab

0 komentar:

Posting Komentar